LAPORAN PENELITIAN
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
(Pembuatan
Pupuk Organik Padat Maupun Cair Yang Memanfaatkan Sampah Sebagai Bahan Baku
Dengan Penambahan Mikroba Pengurai (EM).)
Disusun oleh Kelompok I:
Nuraini
Nurfaidah Natsir
Nurlina
Rahma Diantari
Wa Nirmala
Yunizar Al
Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan
Tekhnologi
Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Tahun
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sampah
(refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya
bersifat padat. Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari
rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Kegiatan
atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh
karena itu diperlukan system pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu,
penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah
dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan
sampah dapat dilakukan secara preventive, yaitu memanfaatkan sampah
salah satunya seperti usaha pengomposan.
Pupuk padat (kompos) dan pupuk cair yang akan
dibuat tergolong dalam pupuk organik yang paling murah karena pupuk organik ini
memanfatkan limbah pertanian seperti jerami dan kotoran hewan sebagai bahan
baku pembuatan kompos dan sayur-sayuran sisa dan pisang yang diambil dari
limbah rumah tangga sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Bahan
dasar ini mudah di temukan tanpa mengeluarkan biaya sehingga peneliti melakukan
penelitian tentang pembuatan pupuk kompos serta pupuk organik cair.B.
Rumusan Masalah
Untuk
memperjelas masalah yang akan di teliti, maka masalah tersebut dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana
cara pembuatan pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair dengan
penambahan mikroba pengurai?
2. Apa
manfaat dari penambahan mikroba pengurai?
3. Manakah yang lebih
bagus, pupuk organik padat dengan penambahan mikroba pengurai atau pupuk
organik cair dengan penambahan mikroba pengurai?
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Dapat
mengetahui cara pembuatan pupuk organik padat (kompos) maupun cair.
2. Mengetahui
manfaat dari penambahan mikroba pengurai.
3. Mengetahui
perbandingan kualitas antara pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik
cair.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pupuk Organik Padat (Kompos) dan
Pupuk Organik Cair
Pupuk organik adalah nama kolektif
untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak
menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006,
tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik
adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik
yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau
bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi
pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam
ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik.
Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah
bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral (Sumanungkalit dkk,
2006).
Pupuk organik, khususnya kompos telah digunakan
secara luas selama ratusan tahun dan terbukti mampu menangani limbah pertanian
sekaligus sebagai pupuk alami. Kompos merupakan hasil fermentasi atau
dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara
ilmiah, kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negative
sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk
granula tanah (Al Afgani, 2002).
Kompos
adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan
organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak. Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah dan tanaman. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktifitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman
(Al Afgani, 2002).
Menurut
Sulistyorini (2005), banyak faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos,
baik biotik maupun abiotik. Faktor –faktor tersebut antara lain :
a. Pemisahan
bahan : bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk didegradasi/diurai,
harusdipisahkan/diduakan, baik yang berbentuk logam, batu maupun plastik.
Bahkan, bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari dalam timbunan bahan,
misalnya residu pestisida.
b. Bentuk
bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan baik pula
proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil dan homagen,
lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas
mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap kelancaran difusi
oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang dihasilkan.
c. Nutrien
: untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan sumber nutrien
Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan akan diasimilasikan
menjadi komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber nitrogen dan sumber
Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N-resio) = 10 : 1. Untuk proses pengomposa
nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan maksimum 10 : 1
d. Kadar
air bahan tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misalnya, kadar air optimum
di dalam pengomposan bernilai antara 50 – 70, terutama selama proses fasa
pertama. Kadang-kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai
sampai 85%, misalnya pada jerami.
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan
kualitas kompos agar lebih efektif dan efisien. Salah satunya adalah dengan
menambahkan mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman. Beberapa mikroba
tanah diketahui memiliki manfaat bagi tanaman dan telah banyak dipergunakan
sebagai biofeltilizer (pupuk hayati). Mikroba-mikroba tersebut antara lain
adalah mikroba pelarut fosfat yang membantu melarutkan fosfat (P) dari
sumber-sumber yang sukar larut sehingga menjadi lebih mudah diserap oleh
tanaman. Mikroba perangsang pertumbuhan tanaman adalah mikroba yang
menghasilkan hormon atau senyawa semacam hormon (hormon like) yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroba-mikroba ini berperan sebagai “agen
biokontrol” bagi hama dan penyakit tanaman (Al Afgani, 2002).
Untuk memudahkan
unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi
pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral
lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk
nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan
penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang
masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba,
kelinci atau ternak lainnya. Selain itu pupuk organik cair juga dapat dibuat
dari sisa-sisa sayur,pisang dan limbah organik rumah tangga lainnya (Anonim,
2009).
Menurut Alinudin (2010), Secara
garis besar, keuntungan yang diperoleh memanfaatkan pupuk organik adalah
sebagai berikut:
1.
Mempengaruhi sifat fisik tanah warna tanah dan cerah
akan berubah menjadi kelam.
2.
Mempengaruhi sifat kimia tanah kapsitasn hara
meningkat penggunaan bahwa organik.
3.
Mempengaruhi sifat biologi tanah bahan organik akan
menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah.
4.
Mempengaruhi kondidi sosial. Daur ulang limbah
perkotaan maupun pemukiman akan mengurangi dampak pencemaran dan meningkatkan
peyediaan pupuk organik.
B. Penggunaan
Effective Microorganisme 4 (EM4) dalam Pembuatan Pupuk Organik
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur
campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri
dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis
mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp., Khamir, Actinomycetes,
Streptomyces. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4
juga merangsang
perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan tanah dan
bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan
mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman
(Sulistyorini, 2005).
EM4 dapat digunakan untuk
pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Setiap
bahan organik akan terfermentasi oleh EM4 pada suhu 40 - 50oC. Pada
proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam
laktat, asam amino , dan senyawa organik lainnya serta melarutkan unsur hara
yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh
tanaman. Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau
busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk
berkembang biak di sana (Sulistyorini, 2005).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Waktu dan tempat
penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari awal bulan November sampai dengan akhir Bulan desember 2011.
Tempat penelitian dilaksanan pada kediaman Nurfaidah Natsir di Bonto Boddia Desa Lempengan Kec. Bajeng dan
Yunizar Al di BTN Nusa Indah Palangga.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
1.
Karung (tempat penyimpanan kompos)
2.
Ember
3.
Gayung
4.
Pisau
5.
Sarung tangan
Bahan yang digunakan
1.
Untuk Pupuk organik padat (kompos)
a. Jerami padi 2 Kg
b. Dedak (kotoran ternak) 4
Kg
c. Gula merah 1/8
d. Mikroba pengurai (EM4)
50 mL
e. Air 7 Liter
2.
Untuk pupuk organik cair
a. Pisang 10 Kg
b. Sayur-sayuran 5 Kg
c. Gula merah 1/8
d. Mikroba pengurai (EM4)
50 mL
e. Air secukupnya.
C. Prosedur kerja
1.
Untuk pupuk padat (kompos)
a. Memotong kecil-kecil
jerami
b. Mencampurkan dedak pada
jerami yang telah dipotong-potong. Kemudian mengaduk hingga tercampur semuanya.
c. Melarutkan gula merah
dalam air dan menambahkan mikroba pengurai (EM4).
d. Mengaduk campuran hingga
tercampur semuanya. Mengusahakan jerami dan dedak terbasahi oleh air
e.
Menyimpan campuran dalam karung dan ditutup rapat.
2.
Untuk pupuk organic cair
a.
Memotong kecil-kecil pisang dan sayur-sayuran.
b.
Memasukkan potongan pisang dan sayur-sayuran ke dalam ember.
c.
Melarutkan gula merah dalam air dan menambahkam mikroba pengurai
(EM4).
d.
Mencampur larutan tersebut dengan potongan pisang dan
sayur-sayuran. kemudian diaduk.
e.
Menutup rapat ember
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pupuk organik
|
Bahan-bahan
|
Hasil
|
Padat (kompos)
|
Jerami ditambahkan dedak halus dan kasar (kotoran ayam dan itik)
ditambahkan dengan larutan efektive mikroorganisme (EM4 + gula merah)
|
Minggu I : Jerami mulai
terurai dengan dedak. Fermentasi belum sempurna.
Minggu II : Jerami terurai
sempurna. Fermentasi hampir sempurna.
Minggi III : Fermentasi terjadi
secara sempurna. Menghasilkan kompos yang siap dipakai.
|
Cair
|
Pisang yang telah membusuk dan sayur-sayuran sisa ditambahkan
dengan larutan efektif mikroorganisme (EM4 + gula merah).
|
Minggu I : sayur dan pisang
hampir terurai. Mulai terjadi fermentasi.
Minggu II : bahan organik
terurai. Sebagian. Fermentasi hampir sempurna.
Minggi III : Fermentasi terjadi
secara sempurna. Tetapi Menghasilkan
residu dan pupuk siap digunakan.
|
B. Pembahasan
Pupuk organik adalah
pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang
berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan dasar pupuk organik,
baik dalam bentuk padat (kompos) maupun bentuk cair dapat berasal dari limbah
pertanian dan rumah tangga, seperti jerami, pisang, sayur-sayuran sisa dan
bahan hijauan lainnya. Sedangkan kotoran
ternak yang dimanfaatkan adalah kotoran ayam dan itik. Pupuk padat (kompos) dibuat dengan
memfermentasikan bahan-bahan organik seperti jerami, dedak (kotoran itik dan
kotoran ayam), dengan EM4 (Efektive Microorganisme 4) sedangkan pupuk cair
dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik dari limbah rumah tangga
seperti sayur-sayuran, pisang dan bahan hijauan lainnya dengan bakteri pengurai
atau efektif mikroorganisme (EM4).
Effective Microorganisms
4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan,
berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan
tanah. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 juga
merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan bagi
kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat
nitrogen, pelarut fosfat dan mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap
penyakit tanaman. EM4 digunakan untuk pengomposan dan fermentasi pada pupuk
cair, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Setiap bahan
organik akan terfermentasi oleh EM4 pada suhu 40 - 50oC. Pada proses fermentasi
akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino ,
dan senyawa organik lainnya serta melarutkan unsur hara yang bersifat stabil
dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman (unsur nitrogen N,
fosfor P, dan kalium K). Proses fermentasi sampah organik melepaskan panas dan
gas yang berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak
tertarik untuk berkembang biak di sana.
Kompos ibarat
multi-vitamin untuk tanah dan tanaman. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah
dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Tetapi bila dibandingkan dengan
pupuk cair, pupuk cair memiliki kerja yang lebih efektif pada tanah. Hal ini
dapat dilihat dari proses penyerapan pupuk cair oleh tanah lebih cepat
dibandingkan dengan pupuk padat (kompos). Kandungan dari pupuk padat (kompos)
maupun cair memiliki peranan yang penting pada suatu tanaman, misalnya tiga
unsur hara (N, P, dan K) penting yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya.
Nitrogen berfungsi untuk membentuk akar, daun dan batang serta menghijaukan
daun. Sementara fosfor dan kalium berfungsi untuk menguatkan perakaran dan
batang, merangsang pembungaan dan buah, membuat biji menjadi berisi, serta
memaniskan rasa buah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1.
Pupuk kompos (padat ) dibuat dari bahan baku jerami yang
ditambahkan dengan kotoran ternak dan bakteri pengurai yaitu EM4 selain itu
juga menggunakan gula merah yang dapat mempercepat proses penguraian sedangkan
pupuk cair dibuat dari bahan baku sampah rumah tangga dengan menambahkan EM4
sebagi bakteri pengurai selain itu menggunakan gula merah yang dapat
mempercepat proses penguraian.
2.
Bakteri pengurai (EM4) digunakan untuk
pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organk.
3.
Pupuk cair pemanfaatannya lebih baik daripada pupuk padat (kompos)
yang dapat dilihat dari segi proses
penyerapannya di dalam tanah.
B. Saran
Saran yang dapat
diberikan untuk penelitian ini yaitu sebaiknya penelitian ini dilanjutkan
dengan pemberian pupuk cair maupun padat (kompos) pada tanaman agar diketahui
perbedaan serta dapat membandingkan antara pupuk cair dengan pupuk padat
(kompos).
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Pupuk Cair
Alami.
https://www.google.com/search=pupuk+cair+alami.html.
Diakses Tanggal 23 November 2011
Anonim. 2010. Pupuk Organik. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik. Diakses Tanggal 23 november 2011
Al Afgani, Jamaludin. 2002. Cara Mudah Membuat Pupuk Organik.
Alinudin.2010.Penelitian Pupuk Cair.
Sulistyorini, Sulis. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Menjadikannya Kompos. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-08.pdf.
Diakses Tanggal 14 Januari 2012
Sumanungkalit, dkk. 2006. Pupuk Organik.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pdf. Diakses Tanggal 23 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar