Kamis, 19 Januari 2012

LAPORAN PENELITIAN
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
(Pembuatan Pupuk Organik Padat Maupun Cair Yang Memanfaatkan Sampah Sebagai Bahan Baku Dengan Penambahan Mikroba Pengurai (EM).)

Disusun oleh Kelompok I:
Nuraini
Nurfaidah Natsir
Nurlina 
Rahma Diantari
Wa Nirmala
Yunizar Al



Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Tekhnologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
                                                                    Tahun 2012
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat. Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu diperlukan system pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secara preventive, yaitu memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan.
Pupuk padat (kompos) dan pupuk cair yang akan dibuat tergolong dalam pupuk organik yang paling murah karena pupuk organik ini memanfatkan limbah pertanian seperti jerami dan kotoran hewan sebagai bahan baku pembuatan kompos dan sayur-sayuran sisa dan pisang yang diambil dari limbah rumah tangga sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Bahan dasar ini mudah di temukan tanpa mengeluarkan biaya sehingga peneliti melakukan penelitian tentang pembuatan pupuk kompos serta pupuk organik cair.B.   Rumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan di teliti, maka masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara pembuatan pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair dengan penambahan mikroba pengurai?
2.      Apa manfaat dari penambahan mikroba pengurai?
3.      Manakah yang lebih bagus, pupuk organik padat dengan penambahan mikroba pengurai atau pupuk organik cair dengan penambahan mikroba pengurai?


C.   Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Dapat mengetahui cara pembuatan pupuk organik padat (kompos) maupun cair.
2.      Mengetahui manfaat dari penambahan mikroba pengurai.
3.      Mengetahui perbandingan kualitas antara pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair.
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Pupuk Organik Padat (Kompos) dan Pupuk Organik Cair
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral (Sumanungkalit dkk, 2006).
Pupuk organik, khususnya kompos telah digunakan secara luas selama ratusan tahun dan terbukti mampu menangani limbah pertanian sekaligus sebagai pupuk alami. Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara ilmiah, kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negative sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah (Al Afgani, 2002).
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak. Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah dan tanaman. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktifitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Al Afgani, 2002).

Menurut Sulistyorini (2005), banyak faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos, baik biotik maupun abiotik. Faktor –faktor tersebut antara lain :
a.       Pemisahan bahan : bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk didegradasi/diurai, harusdipisahkan/diduakan, baik yang berbentuk logam, batu maupun plastik. Bahkan, bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari dalam timbunan bahan, misalnya residu pestisida.
b.      Bentuk bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil dan homagen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang dihasilkan.
c.       Nutrien : untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan sumber nutrien Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan akan diasimilasikan menjadi komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber nitrogen dan sumber Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N-resio) = 10 : 1. Untuk proses pengomposa nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan maksimum 10 : 1
d.      Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misalnya, kadar air optimum di dalam pengomposan bernilai antara 50 – 70, terutama selama proses fasa pertama. Kadang-kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai sampai 85%, misalnya pada jerami.
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan kualitas kompos agar lebih efektif dan efisien. Salah satunya adalah dengan menambahkan mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman. Beberapa mikroba tanah diketahui memiliki manfaat bagi tanaman dan telah banyak dipergunakan sebagai biofeltilizer (pupuk hayati). Mikroba-mikroba tersebut antara lain adalah mikroba pelarut fosfat yang membantu melarutkan fosfat (P) dari sumber-sumber yang sukar larut sehingga menjadi lebih mudah diserap oleh tanaman. Mikroba perangsang pertumbuhan tanaman adalah mikroba yang menghasilkan hormon atau senyawa semacam hormon (hormon like) yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroba-mikroba ini berperan sebagai “agen biokontrol” bagi hama dan penyakit tanaman (Al Afgani, 2002).
Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau ternak lainnya. Selain itu pupuk organik cair juga dapat dibuat dari sisa-sisa sayur,pisang dan limbah organik rumah tangga lainnya (Anonim, 2009).
Menurut Alinudin (2010), Secara garis besar, keuntungan yang diperoleh memanfaatkan pupuk organik adalah sebagai berikut:
1.      Mempengaruhi sifat fisik tanah warna tanah dan cerah akan berubah menjadi kelam.
2.      Mempengaruhi sifat kimia tanah kapsitasn hara meningkat penggunaan bahwa organik.
3.      Mempengaruhi sifat biologi tanah bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah.
4.      Mempengaruhi kondidi sosial. Daur ulang limbah perkotaan maupun pemukiman akan mengurangi dampak pencemaran dan meningkatkan peyediaan pupuk organik.

B.   Penggunaan Effective Microorganisme 4 (EM4) dalam Pembuatan Pupuk Organik
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp., Khamir, Actinomycetes, Streptomyces. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman (Sulistyorini, 2005).
EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Setiap bahan organik akan terfermentasi oleh EM4 pada suhu 40 - 50oC. Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino , dan senyawa organik lainnya serta melarutkan unsur hara yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman. Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk berkembang biak di sana (Sulistyorini, 2005).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.   Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari awal bulan November  sampai dengan akhir Bulan desember 2011.
Tempat penelitian dilaksanan pada kediaman Nurfaidah Natsir di  Bonto Boddia Desa Lempengan Kec. Bajeng dan Yunizar Al di BTN Nusa Indah Palangga.
B.   Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
1.      Karung (tempat penyimpanan kompos)
2.      Ember
3.      Gayung
4.      Pisau
5.      Sarung tangan
Bahan yang digunakan
1.      Untuk Pupuk organik padat (kompos)
a.    Jerami padi 2 Kg
b.   Dedak (kotoran ternak) 4 Kg
c.    Gula merah 1/8
d.   Mikroba pengurai (EM4) 50 mL
e.    Air 7 Liter
2.      Untuk pupuk organik cair
a.    Pisang 10 Kg
b.   Sayur-sayuran 5 Kg
c.    Gula merah 1/8
d.   Mikroba pengurai (EM4) 50 mL
e.    Air secukupnya.
C.   Prosedur kerja
1.      Untuk pupuk padat (kompos)
a.    Memotong kecil-kecil jerami
b.   Mencampurkan dedak pada jerami yang telah dipotong-potong. Kemudian mengaduk hingga tercampur semuanya.
c.    Melarutkan gula merah dalam air dan menambahkan mikroba pengurai (EM4).
d.   Mengaduk campuran hingga tercampur semuanya. Mengusahakan jerami dan dedak terbasahi oleh air
e.    Menyimpan campuran dalam karung dan ditutup rapat.
2.      Untuk pupuk organic cair
a.    Memotong kecil-kecil pisang dan sayur-sayuran.
b.   Memasukkan potongan pisang dan sayur-sayuran ke dalam ember.
c.    Melarutkan gula merah dalam air dan menambahkam mikroba pengurai (EM4).
d.      Mencampur larutan tersebut dengan potongan pisang dan sayur-sayuran.   kemudian diaduk.
e.    Menutup rapat ember
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Penelitian
Pupuk organik
Bahan-bahan
Hasil



Padat (kompos)

Jerami ditambahkan dedak halus dan kasar (kotoran ayam dan itik) ditambahkan dengan larutan efektive mikroorganisme (EM4 + gula merah)
Minggu I : Jerami mulai terurai dengan dedak. Fermentasi belum sempurna.
Minggu II : Jerami terurai sempurna. Fermentasi hampir sempurna.
Minggi III : Fermentasi terjadi secara sempurna. Menghasilkan kompos yang siap dipakai.



Cair


Pisang yang telah membusuk dan sayur-sayuran sisa ditambahkan dengan larutan efektif mikroorganisme (EM4 + gula merah).
Minggu I : sayur dan pisang hampir terurai. Mulai terjadi fermentasi.
Minggu II : bahan organik terurai. Sebagian. Fermentasi hampir sempurna.
Minggi III : Fermentasi terjadi secara sempurna. Tetapi  Menghasilkan residu dan pupuk siap digunakan.

B. Pembahasan
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk padat (kompos) maupun bentuk cair dapat berasal dari limbah pertanian dan rumah tangga, seperti jerami, pisang, sayur-sayuran sisa dan bahan hijauan lainnya.  Sedangkan kotoran ternak yang dimanfaatkan adalah kotoran ayam dan itik.  Pupuk padat (kompos) dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik seperti jerami, dedak (kotoran itik dan kotoran ayam), dengan EM4 (Efektive Microorganisme 4) sedangkan pupuk cair dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik dari limbah rumah tangga seperti sayur-sayuran, pisang dan bahan hijauan lainnya dengan bakteri pengurai atau efektif mikroorganisme (EM4).
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman. EM4 digunakan untuk pengomposan dan fermentasi pada pupuk cair, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik. Setiap bahan organik akan terfermentasi oleh EM4 pada suhu 40 - 50oC. Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino , dan senyawa organik lainnya serta melarutkan unsur hara yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman (unsur nitrogen N, fosfor P, dan kalium K). Proses fermentasi sampah organik melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk berkembang biak di sana.
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah dan tanaman. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Tetapi bila dibandingkan dengan pupuk cair, pupuk cair memiliki kerja yang lebih efektif pada tanah. Hal ini dapat dilihat dari proses penyerapan pupuk cair oleh tanah lebih cepat dibandingkan dengan pupuk padat (kompos). Kandungan dari pupuk padat (kompos) maupun cair memiliki peranan yang penting pada suatu tanaman, misalnya tiga unsur hara (N, P, dan K) penting yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Nitrogen berfungsi untuk membentuk akar, daun dan batang serta menghijaukan daun. Sementara fosfor dan kalium berfungsi untuk menguatkan perakaran dan batang, merangsang pembungaan dan buah, membuat biji menjadi berisi, serta memaniskan rasa buah.

BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
 Kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.      Pupuk kompos (padat ) dibuat dari bahan baku jerami yang ditambahkan dengan kotoran ternak dan bakteri pengurai yaitu EM4 selain itu juga menggunakan gula merah yang dapat mempercepat proses penguraian sedangkan pupuk cair dibuat dari bahan baku sampah rumah tangga dengan menambahkan EM4 sebagi bakteri pengurai selain itu menggunakan gula merah yang dapat mempercepat proses penguraian.
2.      Bakteri pengurai (EM4) digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organk.
3.      Pupuk cair pemanfaatannya lebih baik daripada pupuk padat (kompos) yang dapat   dilihat dari segi proses penyerapannya di dalam tanah.

B.   Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini yaitu sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dengan pemberian pupuk cair maupun padat (kompos) pada tanaman agar diketahui perbedaan serta dapat membandingkan antara pupuk cair dengan pupuk padat (kompos).

Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Pupuk Cair Alami.
https://www.google.com/search=pupuk+cair+alami.html. Diakses Tanggal 23 November 2011

Anonim. 2010. Pupuk Organik. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik. Diakses Tanggal 23 november 2011

Al Afgani, Jamaludin. 2002. Cara Mudah Membuat Pupuk Organik.

Alinudin.2010.Penelitian Pupuk Cair.

Sulistyorini, Sulis. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Menjadikannya Kompos. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-08.pdf. Diakses Tanggal 14 Januari 2012

Sumanungkalit, dkk. 2006. Pupuk Organik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar